8 Kapal Fregat Milik TNI AL, Armada Pemukul yang Mengawal Wilayah Kedaulatan Indonesia
Kapal Fregat Milik TNI AL |
Dalam tugasnya mengamankan lautan Indonesia, TNI AL dilengkapi dengan SSAT (sistem senjata armada terpadu) yang terdiri atas kapal perang, pesawat terbang, pangkalan dan marinir. Kapal perang tentu menjadi inti dari sistem ini karena menjadi gelar kekuatan TNI AL di lautan.
Bahkan, Indonesia masuk dalam urutan atas untuk kategori militer terkuat di Asia Tenggara.
TNI AL membagi kapal perangnya ke dalam 4 bagian yaitu
armada pemukul, armada patroli, armada pendukung (supporting) dan armada
lainnya.
Armada pemukul milik Indonesia dibagi menjadi beberapa jenis
kapal, di antaranya adalah kapal Fregat, Korvert, kapal Selam, dan kapal cepat
Rudal.
Nah, di dalam artikel ini, kita akan membahas 8 Kapal Fregat milik TNI AL yang menjadi daya tempur sekaligus kekuatan penghancur di perairan Indonesia.
1. KRI Ahmad Yani (351)
KRI Ahmad Yani 351 adalah pertama kapal perang kelas Perusak Kawal Berpeluru Kendali milik TNI AL. Kapal ini dinamai dengan nama Jendral Ahmad Yani.
Dikutip dari Biopahlawan.com, Ahmad Yani merupakan salah
seorang Pahlawan Revolusi Indonesia.
Sebagai informasi, Fregat kelas Ahmad Yani merupakan kelas
fregat TNI Angkatan Laut yang dibeli pada tahun 1980-an dari Angkatan Laut
Belanda.
Di Belanda, kelas ini dikenal dengan nama Fregat kelas Van
Speijk yang dibangun pada tahun 1967. Kelas ini merupakan versi lain dari
fregat Inggris yaitu Fregat kelas Leander dengan menggunakan radar dari
Belanda. Belanda membangun enam kapal yang kemudian keseluruhannya dijual
kepada Indonesia, termasuk KRI Ahmad Yani.
KRI Ahmad Yani merupakan kapal fregat bekas pakai AL Belanda
(HNMLS Tjerk Hiddes F804) yang dibeli oleh Indonesia.
Dibangun tahun 1967 oleh Koninklijke Maatschappij de
Schelde, Vlissingen, Belanda dan mendapat peningkatan kemampuan sebelum
berpindah tangan ke TNI Angkatan Laut pada tahun 1986. Termasuk diantaranya
adalah pemasangan sistem pertahanan rudal anti pesawat (SAM, Surface to Air
Missile) Mistral menggantikan Sea Cat.
2. KRI Slamet Riyadi
KRI Slamet Riyadi (352) adalah kapal kedua dari kapal perang
Perusak Kawal Berpeluru Kendali kelas Ahmad Yani milik TNI Angkatan Laut.
Dinamai menurut Slamet Riyadi, salah seorang pahlawan nasional.
Kapal ini dibangun oleh galangan Koninklijke Maatschappij de Schelde, Vlissingen, Belanda pada 1 Oktober 1963. Dengan nama Hr. Ms. Van Speijk, kapal ini resmi diluncurkan pada 5 Maret 1965 dan mulai bertugas di AL Belanda pada 14 April 1967.
Itu artinya, semua kegiatan ini terjadi setelah Indonesia merdeka, apalagi kita semua tahu jika Belanda adalah salah satu negara yang pernah menjajah Indonesia.
Terlepas dari itu, pada tahun 1987, kapal ini dibeli
oleh Indonesia dan berganti nama menjadi KRI Slamet Riyadi 352.
KRI Slamat Riyadi dipersenjatai dengan berbagai jenis
persenjataan modern untuk mengawal wilayah kedaulatan Indonesia.
Selain itu, kapal ini juga sudah dilengkapi oleh sensor dan
elektronis seperti radar LW-03 2-D air search, sonar PHS-32, hingga kontrol
penembakan.
Sayangnya, kapal ini harus ditenggelamkan untuk menjadi destinasiwisata di Bali.
3. KRI Yos Sudarso (353)
Dinamai menurut Yos Sudarso, salah seorang pahlawan nasional
yang gugur di atas KRI Macan Tutul dalam Pertempuran Laut Aru pada masa
kampanye Trikora.
Seperti biasa, kapal ini meruapakan kapal Fregat bekas pemakaian
AL Belanda (F803) yang kemudian dibeli oleh Indonesia.
Kapal ini dipersenjatai 4 peluru kendali C-802, 4 peluru
kendali Mistral, 1 meriam OTO-Melara 76/62 compact, 2 senapan mesin 12.7mm, dan
12 Torpedo Honeywell Mk.46, yang membuatnya memiliki kemampuan anti kapal selam
dan kapal permukaan.
4. KRI Oswald Siahaan (354)
Dinamai menurut Oswald Siahaan, salah seorang anggota TNI AL yang gugur pada saat pertempuran Teluk Sibolga.
Dikutip dari Indonesiancivil.com, Batak adalah suku Indonesia yang mendiami wilayah Sumatera Utara. Suku ini punya banyak keunikan yang menjadikannya cukup populer di tanah air.
Terdapat banyak fakta menarik tentang suku Batak, salah satunya adalah banyaknya pahlawan Indonesia yang bermarga Batak.
Kapal ini merupakan bekas pemakaian dari AL Belanda yang
kemudian dibeli oleh Indonesia pada tahun 1977-1980.
KRI Oswald Siahaan kemudian dipasangi sistem pertahanan rudal
anti pesawat dan peralatan tempur canggih lainnya.
Kekuatan tempur KRI Oswald Siahaan didukung oleh 4 rudal
Yakhont, 4 peluru kendali Mistral, 1 meriam OTO-Melara 76/62 compact, 2 senapa
mesin 12.7, 12 torpedo Honeywell Mk.46.
5. KRI Abdul Halim Perdanakusuma (355)
Kapal ini dinamai Abdul Halim Perdanakusuma, salah seorang
pahlawan nasional yang namanya juga merupakan nama bandara dan Pangkalan Udara
di Jakarta.
KRI Abdul Halim Perdanakusuma memiliki berat 2,945.6 ton.
Dengan dimensi 113,42 meter x 12,51 meter x 4,57 meter. Ditenagai oleh mesin
diesel, 2 x Caterpillar CAT DITA 3616, Reintjes WAV 1000 P gearboxes 16000 hp.
Diawaki oleh maksimal 180 pelaut.
6. KRI Karel Satsuit Tubun (356)
Kapal ini dinamai menurut Karel Satsuit Tubun, salah seorang
pahlawan nasional.
Kapal ini dulunya miliki AL Belanda yang kemudian dibeli
oleh Indonesia. Namun, sebelum berpindah tangan ke TNI Angkatan Laut, kapal fregat
yang satu ini sudah mendapat peningkatan kemampuan, mulai dari pemasangan
sistem pertahanan rudal anti pesawat, hingga penggantian misil.
Adapun beberapa perangkat elektronik di KRI Karel Satuit
Tubun, seperti:
- Radar
- Radar kontrol tembakan
- Sonar
- Decoy
- Heat seeker
- CCI deck gun
7. KRI Raden Eddy Martadinata (331)
KRi Raden Eddy Martadinata-331 adalah kapal PKR Sigma 10514
pertama yang dibangun di galangan kapal domestik PT PAL Indonesia, bekerja sama
dengan perusahaan Belanda Damen Schiede Naval Ship Building (DSNS).
KRI RE Martadinata-331 menjadi kapal kelima yang menerapkan
teknologi Sigma. Kapal Fregat ini memiliki dimensi yang panjang: 105 meter,
lebar: 14 meter dan dapat naik dengan kecepatan 28 knot.
Kapal ini dirancang untuk melakukan beberapa misi, yaitu
perang melawan kapal anti -superficie, perang anti-kapal selam, perang serangan
anti-udara dan perang elektronik.
8. KRI I Gusti Ngurah Rai (332)
Kri I Gusti Ngurah Rai (332) atau PKR-2 (10514 Rudal Kawal
Destroing) adalah kelas kedua Martadinata yang terjadi bersama antara Pt Pal
dan Damen Schelde Navalde Shipbuilding (DSNS) Belanda sebagai perintah
Kementerian Pertahanan. Kapal pertama adalah Kri Raden Eddy Martadinata (331).
Angkatan Laut berencana untuk terus menambah urutan Sigma PKR jenis ini secara
bertahap, untuk mengganti kapal perang Van Speijk yang secara bertahap akan
pensiun.
Kapal ini akan membawa teknologi baru ke Angkatan Laut,
dalam bentuk sistem senjata dari Vertical Launch System (VLS). Dalam pertahanan
Indo 2016, MBDA membahas perjanjian untuk memasok sistem pertahanan antimisil
MICA VL untuk dua Sigma 10514 Program Toko Fregat Indonesia Navy Mandal (PKR).
Ini memberikan kapasitas 360 derajat untuk memperlakukan beberapa tujuan secara
bersamaan untuk jarak perlindungan maksimum dari perlindungan maksimum 20 km.
Itulah informasi seputar kapal fregat milik Indonesia. 8 kapal di atas masih beroperasi di wilayah perairan Indonesia, meskipun salah satunya dikabarkan akan ditenggelamkan untuk destinasi wisata air. Hebat kan kekuatan tempur di laut Indonesia?
Komentar
Posting Komentar